[OneShoot] Please.. Don’t Hate Me !! (YoonHae Version)

image

Author : viesayoonaddict
Main Cast : Im Yoon Ah, Lee Donghae
Rating : PG
Genre : Roman, Sad, NC 17

Ini buat yg request di FB.. namanya Mutiara Ayu Ningtyas… suruh ubah jadi version YoonHae.. >.

Don’t Copaste and Bash… >.

Happy Reading.. ^^
.
.
.

Langit cerah tertutup oleh kabut hitam, tetesan air dari langit mulai membasahi sebagian kulit bumi. Keadaan cuacah ini mencerminkan perasaan hati seorang wanita. Dihiraukannya tetesan air hujan itu membasahi tubuhnya. Saat ini ia berada di sebuah taman yang keberadaannya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Wanita itu adalah Yoona.

Jederrrrr….

Terdengar bunyi kilat petir yang sangat terdengar jelas di telinganya. Yoona menutup telinganya menggunakan tangannya. Isakan tangis dan air matanya hilang terbawa oleh angin dan bunyi tetesan air hujan.

Dengan langkah terseok-seok ia berjalan untuk kembali pulang. Menembus hujan dan melawan arah angin. Jalanan terasa sepi, hanya ada dirinya. Sesekali ia mengelus perutnya sambil menggumamkan kata-kata yang menyayat hati.

Sesampainya dirumah, yang ia dapat hanya kesunyian, tidak ada sambutan dari siapapun, hanya ada bunyi detakkan jam. Ia arahkan pandangannya ke sebuah bingkai foto besar yang disana terdapat dirinya dan seorang pria.

“Oppa.. kapan kau akan bisa menerimaku?” gumam Yoona. Dielusnya kembali perutnya.

Seperti yang kalian duga, saat ini Yoona tengah mengandung seorang anak yang baru berusia 1 bulan.

“bahkan saat kita melakukan itu, kau tidak ingin melihat wajahku dan kau saat itu harus meminum-minuman alkohol terebih dahulu.” ujar Yoona sambil mengingat-ingat kenangannya.

**

Diteguknya habis minuman alkohol itu. Tidak ia pedulikan seberapa banyak ia meminum itu. Yoona, ia hanya bisa menatap miris pria didepannya itu.

“OPPA, HENTIKAN ITU.” teriak Yoona sambil merampas minuman alkohol yang akan diminum oleh pria itu lagi.

“Kenapa?” ujar pria itu dengan ciri khas orang mabuk.

Pria itu, Lee Donghae bangkit dari duduknya dan mendekati Yoona. Diangkatnya dagu gadis itu dan melahap habis bibir gadis itu seolah-olah itu adalah permen.

Donghae membawa Yoona dengan ala Bridal Style. Sesampainya dikamar, dimatikan lampu kamarnya dan mereka meluapkan nafsu mereka dimalam itu, malam dimana Yoona harus merelakan mahkotanya direnggut oleh orang yang ia sayangi.

**

Kembali Yoona terisak, suara isakannya terdengar diberbagai sudut ruang rumahnya. Ya, dia hancur, dia lelah, dia sters, dan dia lemah. Hanya kata-kata itu yang bisa mengambarkan bagaimana kondisi wanita itu untuk saat ini.

“akh, pusing.” gumam Yoona.

Diambilnya obat yang tidak terlalu jauh dari dirinya. Meminumnya dengan sedikit air sisa yang ada di meja dekatnya. Dengan nafas yang membara, ia atur nafasnya, menahan tubuhnya dengan tangan yang menopang di meja.

Mungkin gambaran kisah hidupnya sangatlah terlihat tragis, tapi ini adalah sebuah kisah nyata, Yah, nyata. Ia begitu sengsara hidup dengan orang yang ia cintai. Ini memang aneh, Hidup dengan orang yang dicintai itu bukankah membuat siapapun akan bahagia?

Cklek…

Terdengar bunyi pintu yang terbuka, Yoona mengalihkan pandangannya ke arah pintu tersebut. Terlihat seorang pria dengan raut wajah datarnya, berjalan melewati Yoona begitu saja. Tidak ada rasa kasihan melihat kondisi istrinya itu. Yoona memandang Suaminya dengan pandangan kecewa.

Sebenarnya, Yoona belum memberi tahu keberadaan yang sebenarnya bahwa ia sedang mengandung. Ia masih takut jika Donghar tidak mau menerima keadaannya. Ia sangat takut itu.

“Mianhae Oppa..” gumam Yoona sambil meremas tangannya.

.
.

Dipagi yang cerah, kali ini Yoona bangun lebih pagi dari biasanya. Dia ingin pagi ini sarapan bersama dengan Donghae. Kali ini ia hanya membuat roti dengan isi keju dan telur mata sapi. Dengan seyum yang lebar Yoona menatap hasil buatannya itu, berharap bahwa Donghae mau menghabiskan ini semua.

Dialihkannya pandangannhya ke arah tangga, dilihatnya seorang pria menuruni tangga rumahnya.

“Oppa, sarapanlah bersamaku..” bicara Yoona yang membuat langkah kaki Donghae terhenti. Tetap dengan ekspresi yang sama, kyuhyun menatap Yoona datar.

Tapi ini sungguh keajaiban, Donghae melangkahkan kakinya menuju meja makan dan menduduki bangkunya. Yoona yang melihat itu tentu sangat senang. Iapun ikut duduk di depan Donghae. Dilihatnya Donghae sedang melahap rotinya. Nafsu makan Yoona tiba-tiba saja bangkit saat melihat Donghae memakan lahap roti buatannya.

Dengan perlahan Yoona melahap rotinya, tapi..

“uwekkk…” dengan langkah cepat Yoona langsung menuju kamar mandi, memuntahkan isi perutnya. Berkali-kali ia menepuk dadanya.

“akh.. sakit..” diremasnya perut datarnya. Keringatpun mulai keluar dari dahinya. “akh..” rintih Yoona dengan suara pelan, beharap Donghae tidak mendengar rintihannya. “ini sangat sakit..” gumam Yoona.

Yoona mengalihkan pandangannya ke arah kakinya. Betapa terkejutnya ia saat melihat darah dikakinya. Kali ini ia benar-benar takut.

Buk…

Yoona jatuh terduduk di kamar mandinya. Dengan keadaan yang lemas dan menahan sakit. Tetesan air mata mulai mengalir dari matanya, menandakan bahwa itu sangatlah sakit dan menyiksa.

Cklek…

Pintu kamar mandipun terbuka, Dobghae yang melihat keadaan Yoona langsung memelototkan matanya menunjukkan ekspresi terkejutannya dan mendekati Yoona.

“Yoong… Kau kenapa?” ujar Donghae panik. Dielusnya kepala Yoona dengan lembut. “astaga.. darah.. banyak sekali..” kaget Donghae. Refleks ia mengangkat tubuh Yoona dan membawanya kedalam mobil.

Di dalam mobil, Donghae fokus menyetir. Sesekali melirik kearah Yoona yang sedang mengerang kesakitan. Erangannya makin lama makin kencang hingga akhirnya tidak terdengar lagi. Yap, Yoona pingsan.

Sesampainya di rumah sakit, Donghae langsung mengangkat Yoona, mengendongnya ala Bridal Style. “Dokter… Dokter…” teriak Donghae berulang kali sampai akhirnya beberapa suster datang dengan membawa sebuah kasur untuk Yoona.

Genggaman Donghae pada Yoona tidak pernah lepas. Tidak tau karena apa, kali ini ia sangat mencemaskan kondisi Yoona. Sesekali ia mengelus wajah Yoona.

“Maaf tuan, anda tidak boleh masuk.” ujar seorang suster yang menghalangi Donghae untuk masuk.

“tapi dia itu istriku.” omel Donghae pada suster itu, ia terus memberontak untuk masuk dan akhirnya gagal. Ia mengalah untuk saat ini, demi Yoona.

Donghae terduduk lemas di bangku tunggu. Dengan kepala yang ia tundukkan, kali ini ia tidak bisa berpikir jerni, penampilannya sangatlah berantakan, kacau balau.

“AKHHH….” teriak Donghae Frustasi. Diacak-acaknya rambutnya. Matanya memerah.

1 Jam…

2 Jam…

Dokter belum juga keluar. Donghae berjalan mondar mandir menunggu keluarnya dokter dari UGD. Pikirannya kali ini hanya tertuju pada Yoona, ia sangat mencemaskan istrinya itu. Bagaimana tidak, ia baru kali ini melihat istrinya itu meronta kesakita. Bayang-banyang kejadian tadi kembali berputar diotaknya.

Cklek..

Pandangan Donghae kali ini adalah ke arah pintu. Dilihatnya seorang wanita dengan pakaian dokternya sambil melepaskan maskernya.

“bagaimana keadaan istri saya dok?” tanya Donghae panik.

“lebih baik kita bicarakan di ruang kerja saya.” ujar Dokter itu lalu memimpin jalan.

Selama berjalan, Donghae hanya berharap bahwa Yoona akan baik-baik saja, tidak akan terjadi apa-apa dengan istrinya itu.

Sesampainya di ruang dokter, Donghae dipersilahkan duduk berhadapan dengan dokter. Raut wajahnya masih sama seperti tadi.

“bagaimana keadaan istri saya?”

“Kondisi istri anda ini terjadi karena banyaknya pikiran dan stres berat. Kondisi ini membuat janin melemah.” ujar dokter itu membuat Donghae kaget.

“janin?”

“anda tidak tau bahwa istri anda sedang hamil? padahal seminggu sekali ia -Yoona- rutin memeriksa kandungannya ke rumah sakit.” ujar dokter itu dan kembali membuat Donghae tambah shock berat. “apa anda ada masalah dengan istri anda?” tanya dokter itu.

Donghae, ia mengabaikan pertanyaan dokter itu dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menghindari pertanyaan itu.

“Tuan Lee, saya ingin memberi satu hal lagi.” jeda dokter. “Karena kondisi kandungan dan ibunya sangatlah lemah, hanya satu cara agar istri anda selamat yaitu, menggugurkan janinnya..” pertanyaan dokter itu membuat Donghae terkejut. Apa iya dia harus merelakan anaknyaa itu?

Kali ini perasaan menyesal sangat ia rasakan. Kehilangan anaknya? itu sangatlah sulit untuk diterima dirinya.

“baiklah dok.. gugurkan janinnya.” ujar Donghae lemah. Dokter yang mendengarkan ucapan Donghae itu hanya tersenyum tipis lalu menepuk pelan pundak Donghae.

****

Dilangkahkan kakinya mendekati ranjang istrinya. Dilihatnya tubuh istrinya yang masih terbaring lemah diatas ranjang. Menatap miris istrinya. Didudukinya bangku tepat di sebelah Yoona.

“Yoong, Mianhae..” isak tangis Donghae mulai terdengar di ruang rawat yang serba putih itu. Menyesali perbuatannya selama 1 tahun usia pernikahannya, ia menghiraukan Yoona, menganggap Yoona adalah pengganggu hidupnya.

Digenggamnya erat tangan Yoona. Sesekali Donghae mengelus rambut Yoona dan menciumi tangan Yoona tulus. Perlahan ia menaruh kepalanya diatas ranjang Yoona, menutup matanya dan tertidur.

**

Plak…

Donghae dengan lancarnya menampar pipi gadis itu, membiarkan gadis itu mengerang kesakitan. Yoona, ia menatap Donghae sayu, berharap Donghae akan memberi belas kasihnya pada dirinya. Tapi, apa yang ia harapkan harus ia pendam sedalam-dalamnya.

“jangan pernah kau melakukan hal aneh terhadap Yeojachinguku ini..” ujar Donghae dingin.

Dengan cueknya Donghae berjalan meninggalkan Yoona, pergi dengan seorang gadis lain yang membuat mata Yoona terasa panas. Ditatapnya punggung Donghae yang makin lama makin menjauh dan menghilang di belokkan. Tetesan air mata kembali mengalir dari matanya, air mata kesedihan. Bagaimana ia bisa menaklukkan hati seorang Lee Donghae jika perlakuan Donghae selalu kasar padanya? Apa karena Yoona kurang sempurna?

Andai tidak ada kata perjodohan, mungkin nasib Yoona saat ini tidak akan seburuk ini. Yah, Yoona dan Donghae menikah karena perjodohan, dan menerima dengan setengah hati.

“Oppa.. Please.. Don’t Hate Me.”

**

Dengan perlahan dibuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah silaunya lampu. Dialihkannya pandangannya ke seluruh penjuru tempat sampai akhirnya pandangannya terhenti kepada seorang namja yang tengah tidur di sebelahnya. Dengan perlahan ia lepaskan genggaman Donghae padanya dan berusaha bangkit untuk duduk.

“akh..” erangnya saat merasakan sakit dibagian tubuh bawahnya.

Mungkin karena erangan Yoona, namja itu, Donghae terbangun dari tidurnya. Ia sedikit terkejut saat mendapatkan Yoona yang sudah terduduk diranjangnya.

“Yoong, akhirnya kau sadar juga.” senang Donghae. “Ada yang ingin aku tanyakan padamu.” lanjut Donghae.

Yoona, ia hanya diam. Ia sudah tau apa yang akan ditanyakan oleh Donghae, ia sangat tahu itu. Pandangannya lurus kedepan, tidak memandang Donghae sedikitpun.

“kenapa kau tidak memberi tahuku bahwa kau sedang hamil?” tanya Donghae lembut. Tidak ada tanggapan. “Yoong, Jawab.” kali ini Donghae sedikit meninggikan suaranya. Lagi-lagi hanya kebisuan yang menjawab. Donghae akhirnya bangkit dari duduknya, memegang bahu Yoona kuat dan menggoncang-goncangkan tubuh gadis itu. “YOONG.. KAU BISA DENGAR AKU T..-” teriakan Donghae terhenti oleh tetesan air mata yang jatuh di pipi Yoona.

Pandangan Yoona masih sama, menatap lurus ke depan. Tetapi, air mata itu tidak bisa disembunyikan. Air mata itu terus mengalir. Donghae yang melihat itu sadar dengan perlakuannya, dipeluknya tubuh Yoona erat.

“Mianhae Yoong.” bicara Donghae lembut. Dielusnya rambut Yoona lembut.

Yoona yang mendengar itu tentu sangat terkejut. Baru kali ini ia mendengar Donghae berbicara seperti itu padanya dan memeluknya erat. Dengan perlahan ia lepas pelukan Donghae, ditatapnya mata Donghae, berusaha mencari kebohongan disana.

“dan ada yang ingin aku beritahu padamu.” ujar Donghae. “Kau.. keguguran.” ucap Donghae pelan. Ditundukkannya keplanya menghindari tatapan Yoona.

Yoona yang mendengar itu terbengong mendengarnya, berharap itu hanyalah mimpi. Dielusnya perutnya sendiri. “AKHHH…. TIDAKKKK” teriak Yoona. Dijambak rambutnya sendiri meratapi nasibnya. Tangisannyapun pecah.

Donghae yang melihat itu berusaha menahan Yoona. Ditekannya tombol merah yang berada di dinding belakang ranjang Yoona. “Dokter..Dokter..” dilepasnya tombol itu, kembali ia menahan Yoona.

“Yoong, mianhae..” ditahannya tangan Yoona. Ia tau, ini akan terasa sakit. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mau melihat Yoona seperti ini.

Cklek…

Dilihatnya seorang dokter ditemani 3 orang suster mendekati ranjang Yoona. Dengan dibantu 3 susternya yang menahan Yoona, dokter itupun membius Yoona agar gadis itu tertidur. Donghae yang melihat itu hanya menatap iba istrinya. Baru kali ini ia melihat Yoona seperti ini.

“sebaiknya tuan jangan memberitahu kabar buruk apapun pada pasien.. Kondisinya sangat buruk..” ujar dokter itu lalu meninggalkan Donghae bersama dengan Yoona yang terbarbaring lemah di ranjang.

“Mianhae Yoong..”

.
.

2 day ago..

Dengan keadaan yang masih sama, Yoona hanya berdiam diri. Duduk diranjang rumah sakit dengan keadaan yang mengenaskan. Donghae yang melihat itu hanya bisa menatap sedih istrinya, istrinya saat ini terlihat seperti mayat hidup. Didekatinya Yoona yang duduk terdiam di ranjang rumah sakit, dielusnya pipi tirus Yoona membuat gadis itu mengarahkan tatapannya kearah Donghae. Ditatapnya Donghae datar.

“Yoong.. Kumohon.. sadarlah. Aku tau, aku juga salah padamu. Mianhae.. Mianhae.. Kumohon kembalilah seperti dulu. Percayalah, aku tidak akan seperti dulu lagi.. Saranghae Im Yoon Ah..” ujar Donghae tulus. Tidak ada sahutan, hanya hembusan nafas kasar Yoona saja yang terdengar.

Donghae yang melihat itu hanya menatap sedih Yoona. “baiklah.. Jika kau tidak memaafkanku, jika kau membenciku, Kita bercerai saja..” Lanjut Donghae dengan mata yang berkaca-kaca. Ditundukkan kepalanya mentembunyikan tetesan air matanya.

Tanpa sepengetahuan Donghae, Yoona memelototkan matanya, menunjukkan ekspresi kagetnya. Dengan refleks dipelukknya Donghae erat. Isakannyapun mulai terdengar.

“Ani Oppa.. Aniyo.. Aku tidak mau..” isakannyapun makin terdengar, pelukannyapun makin erat.

Donghae yang menyadari itu membalas pelukan Yoona, berkali-kali Donghae bergumam tak jelas. “mianhae Yoong.” gumam Donghae pelan dan dibalas anggukkan pelan oleh Yoona.

Perlahan Donghae melepas pelukan itu. Menatap Yoona dalam, tatapan tulus.

“bisakah kau maafkan aku?” tanya Yoona pelan.

“bukan kau yang seharusnya meminta maaf padaku, akulah yang seharusnya meminta maaf padamu, Yoong.” ujar Donghae lembut.

Didekatinya wajah pucat istrinya itu, diangkat sedikit dagunya. Dapat Yoona rasakan, sentuhan lembut bibir Donghae pada bibirnya. Perlahan Yoona tutup matanya, menikmati tiap sentuhan bibir Donghae padanya. Ini adalah sebuah keajaiban. Dimana dulu Donghae yang mengkhianatinya sekarang menyayanginya.

**

Dengan susah payah Yoona membawa kantung plastik belanjaannya. Persediaan suku cadang makanan dirumahnya sudah kosong, terpaksa ia membelinya sendiri, karena tidak mungkin Donghae mau menemaninya belanja.

“aish.. berat sekali.” gumam Yoona dengan wajah kesalnya.

Dialihkan pandangannya kearah sebrang jalan, dimana disana terparkir sebuah mobil BMW hitam yang terparkir disana. Sungguh pemandangan yang sangat panas disana, dimana ia melihat Donghae dan gadis lain yang sedang berbuat hal bodoh.

“kau mau berbuat hal itu pada orang lain, sedangkan padaku kau terlihat Jijik dan meremehkanku.” ujar Yoona bergetar sambil memegang bibirnya yang bergetar.

Dengan langkah terburu-buru ia tinggalkan tenpat itu, mencoba untuk melupakan kejadian tadi.

“Don’t Hate Me.. Oppa…”

**

Setelah kejadian dimana Donghae mencium Yoona, kehidupan mereka lebih tenang. Tidak ada lagi pertengkaran ataupun kebencian dalam kehidupan mereka. Suasana hangat sangat tercipta disana. Sehari setelah kejadian itu Yoona lebih sehat dan ceria. Senyum diwajahnya selalu tercipta dibibir tipisnya. Itu karena kasih sayang Donghae padanya. Mungkin kalau Donghae tidak ada, ia akan mati stres.

“Oppa.. Aku ingin pulang. Aku bosan disini.” ujar Yoona dengan mulut yang dimanyunkan.

“Arrayo, Oppa akan tanyakan dulu pada dokter. Apakah kau sudah dibolehkan untuk pulang?” bicara Donghae sambil mencubit pelan hidung Yoona. Yoona yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum lebar sambil menatap kepergian Donghae dari ruang rawatnya.

“Saranghaeyo, Oppa” gumam Yoona sambil tersenyum tipis.

****

Di dalam Mobil, tidak henti-hentinya Donghae menggoda istrinya itu. Beberapa kali Donghae melontarkan kata-kata mautnya yang membuat Yoona hanya bisa tersenyum malu-malu. Sesekali Yoona menutup wajahnya yang memerah karena malu menggunakan tangan kurusnya.

Sesampainya dirumah mereka, Donghae membukakan pintu mobil untuk Yoona, membungkukkan sedikit tubuhnya sambil berkata “Silahkan Tuan Putri.” Diulurkan tangannya pada Yoona dan berjalan beriringan memasuki rumah mereka selama ini.

“Oppa.. aku harus memasukkan barang-barangku dulu.” Yoona menghentikan langkah kakinya saat ia tersadar barang-barangnya belum ia masukkan.

“nanti saja, biar Oppa yang masukkan. Lebih baik sekarang kita….” Donghae menjedakan ucapannya. Menatap Yoona dengan senyum penuh rencana. Didekati Yoona hingga gadis itu terpojok.

“O-op-pa..” bicara Yoona gugup.

Donghae yang melihat itu makin mempersempit jarak diantara mereka dan..

Hap..

Dengan cepat ia angkat tubuh Yoona ala Bridal Style sambil tertawa kecil. Mengangkat tubuh Yoona sambil berlari kecil menuju kamar mereka.

“Oppa…” Kaget Yoona. Ia lingkarkan tangannya pada leher Donghae sambil menatap suaminya itu geli.

Perlahan Donghae menaruh tubuh Yoona diranjang secara perlahan. Menatap wajah istrinya dengan senyum iblisnya. Perlahan didekatkan wajahnya ke arah wajah Yoona dan menempelkan bibir mereka. Kecupan singkat namun lembut dapat Yoona rasakan.

“bolehkah aku melakukan itu?” izin Donghae dan dibalas anggukkan malu Yoona.

Sebuah senyum lebar tercipta dibibir Donghae. Kembali ia melanjutkan misinya. Kembali ia dekatkan wajahnya ke Yoona, Mencium lembut bibir wanita itu, menikmati sensasi tersendiri.

“Saranghaeyo, Im Yoon Ah.”  bicara Donghae pelan dalam ciumannya.

“Nado saranghae, Oppa.” balas Yoona.

Dalam hubungan rumah tangga dipastikan ada yang namanya godaan, kerugian, kecemburuan maupun pertengkaran kecil ataupun besar. Semua itu bisa kita atasi dengan Kepercayaan, Kejujuran dan Kesabaran, hanya 3 kata itu yang bisa mempertahan keutuhan Keluarga. Dalam sebuah hubungan rumah tangga, perjodohan tidak mempengaruhi kehancuran hubungan itu. Jika kita memiliki 3 kata tadi, akan diyakinkan sebuah hubungan akan terjalin dengan hangat, lancar dan penuh kasih sayang.

The End…

bagaimana? bagus gk? typo gak? mohon tglkan jejak yah… jgn jd pembaca gelap >.

32 pemikiran pada “[OneShoot] Please.. Don’t Hate Me !! (YoonHae Version)

  1. Sweet story… Ini ditaruh di Wattpad, gak? Biar bisa di-vote, maksudnya, hehe 😀
    Oh ya, bikin ff-nya Jessica dong… *request nih, kalo bisa sama Onew :P*
    Thanks for sharing your story 😀

  2. wow daebak ffnya.
    Bagus bingitt

    walau harus bersedih” dulu diawal baca, tapi diakhir” jadi senyum” gaje.

    Bisa ku bilang, keguguran membawa berkah (?) *apa deh

    note : ada typo. 1 Nama kyu belum di ubah ke nama hae^^

    ditunggu ff yoonhae lainnya.
    Fighting.

    • Haha.. Iya chingu.. #garuk2kapala ada nama kyunya yang blm keubah.. Nanti deh kapan2 aku ubah..

      Oalah.. Keguguran membawa berkah? -.- ada2 saja -.-

      thanks ya udh ninggalin jejak ^^

  3. (Annyeong.. I’m new reader )
    wah .. Good chingu, I think the end was sad but happy end *Yeee..jumping in the Bed^^* make ff for yoonhae again pleased !! Thanks…

    • Hahaha… thanks Chingu… I never thought to make this fanfiction sad ending… itu sungguh menyakitkan -.-

      Pasti aku bakal bikin ff Yoonhae lagi.. thanks a lot…

  4. astaga… baru juga keguguran masa langsung lakukan itu… hahahah
    sebelumnya donghae kejam jam jam!!
    tapi happyendingv:)

  5. Di awal awal aku hampir sebel ma suamiku
    kok dsini jd bad namja
    tp semenjak yoong’a keguguran dy jd berubah
    walaupun kehilangan anak mereka yg penting happy end
    aku kangen ma ff yoonhae
    sekarang udah pada jarang yg post,hmmm

Tinggalkan Balasan ke inggridAnjani Batalkan balasan